Perwira Sejati Adalah Satunya Hati, Ucapan, Tindakan, Bertanggung Jawab, Bernyali, Tegakkan Kebenaran, Walau Kehidupan Kita Terancam

Senin, 14 Juli 2014

POLISI JUJUR DAN BERWIBAWA

 


Reformasi Total
Hampir semua tindakan polisi selalu didasarkan pada aturan hukum yang menyertainya. Tetapi kekuasaan yang besar dan kadang diselewengkan dalam melakukan penegakan hukum sudah pasti tidak sejalan dengan harapan masyarakat. Apalagi tindakan itu selalu dibalut dengan penertiban dan penegakan hukum yang membuat masyarakat gerah  gerah lantaran tidak proporsional. 
Rakyat begitu merindukan sosok polisi yang bisa dibanggakan karena jujur, bersih, profesional, dan
berwibawa. Jika suatui kasus yang meresahkan masyarakat berhasil dibongkar polisi, dipastikan akan mendapat sambutan dan respek luar biasa dari masyarakat. Apalagi warga masyarakat begitu mudah merasakan kekuasaan besar polisi yang hampir-hampir susah dilawan.
Untuk memperbaiki polisi agar lebih dekat dengan masyarakat, kiranya reformasi tahap kedua Polri sampai tahun 2014 dengan sasaran “membangun kerja sama yang erat (partnership building) dengan berbagai komponen masyarakat”, harus terus digelorakan. Sebab sampai saat ini belum menuai hasil, terutama karena ada pimpinan Polri yang kurang mampu menggalang keterlibatan luas stakeholder masyarakat.
Polri harus sadar bahwa tugas menjaga kamtibmas dan penegakan hukum tidak akan berhasil dengan baik tanpa dukungan masyarakat. Maka itu, reformasi Polri perlu didesain secara totalitas dengan sasaran membersihkan institusi Polri dari perilaku korup yang memanfaatkan suatu kasus sebagai sumber uang.
Jangan sampai rakyat selalu merasa tidak nyaman jika bersentuhan dengan polisi karena takut dicari-cari kesalahannya atau dimintai uang, sehingga menjadi saksi sekalipun tidak bersedia. Memperingati hari Bhayangkara tahun ini, Polri harus lebih gesit menata diri, harus berani berkata “tidak” pada upaya suap dan setoran yang tidak halal.
Jika terjebak pada perilaku korup seperti menerima suap, maka tidak akan mampu melepaskan diri dari belengggu kejahatan. Sebab korupsi (suap) adalah sumber dari segala kejahatan yang menodai integritas dan kredibilitas institusi. Publik selalu terobsesi pada sosok pimpinan polisi yang jujur, bersih, dan berwibawa seperti Hoegeng Imam Santoso yang menjadi kepala Polri pada 1968-1971.(*)


Oleh;
Marwan Mas
Guru Besar Ilmu Hukum Universitas 45

Tidak ada komentar:

Posting Komentar